△△ RUPA-RUPA CIKI △△

Selasa, 20 Agustus 2013

Dokter hati di konser musik


Malam sendu yang diiringi hujan aku dan Ryan duduk di bangku teras rumahku. Ryan, dia adalah pacarku yang sudah hampir 6 bulan ini menemani hariku. Dia seorang cowo yang baik selalu menjagaku dari siapun yang mau menjahati ku. Dia sangat rapi dan wangi tubuhnya melebihi aroma wanita manapun. Awalnya sih, tapi sekarang udah terlihat pribadinya dia sangat keras dan pemarah. Berbeda jauh dari pribadi ku, Nina yang santai tak beraturan bebas melakukan apapun sesuka hatiku.

"terus aja kamu sibuk sama kawan-kawan kamu. gak jelas pergi kemana, bosen tau gak ini terus!" seru Ryan.

"emang aku salah kalau aku main sama mereka?" jawab ku

"kita uda lama pacaran tapi kamu jarang ada waktu buat aku, kamu terlalu sibuk sama kawan kamu" seru Ryan dengan nada bicara yang agak meninggi.

"iyaa tapi kan.." belum selesai aku menjelaskan lagi-lagi Ryan memotong omonganku dengan membentakku.

"gua ini pacar lo apa bodyguard lo sebenernya!!" sentak Ryan dengan menujuk telunjuknya kearah mukaku lalu berlalu keluar rumah meninggalkanku.

Selalu seperti ini Ryan selalu marah bentak-bentak tak jelas padaku. itulah sebabnya aku jarang pergi dengannya. Entah mengapa hubungan masih terus berjalan sampai waktu yang gak sebentar ini. sejujurnya aku udah muak dengan semua sikapnya tapi aku selalu gak bisa berbuat apa-apa, mungkin karena aku sayang sama Ryan makanya aku selalu bungkam dengan sikap agak kasarnya padaku.

****

"nin gimana jadi gak kita nonton the xxx si wanda uda siapin tiket kita untuk ber5 plus cowonya, ya gak wan?" tanya Keti sambil melirik Wanda.

"yoiii semua udah gua siapin Nin, serahin sama gua. gua tau banget lo pengen banget kan?" seru wanda dengan muka sumringah.

"aduh gimana yah kalau Ryan tau pasti dia bakal marah banget sama gua. lo tau kan dia juga suka sama tuh band, yang ada gua malah di bilang sok asik sama tuh anak. padahal dia yang gak asik ya" jawabku dengan  tertawa dan diiringi tawa sahabat-sahabatku.

"yelaaah nin lo bilang udah muak sama tuh cowo, ngapain lo masih perduliin dia juga. Ryan emang cakepnya gak nahan tapi buat apa kalau suka bentak-bentak cewe. kasar gua juga ogah dikasih yang begitu" seru Olive dengan mencoba meyakinkan.

Setelah berjam-jaam di cafe semua para sahabatku menyakinkan, setuju juga akhirnya aku mengikuti keinginan mereka. Pasti ini waktu yang sangat aku tunggu-tunggu karena emang udah lama banget mengaharapkan band itu dateng ke Indonesia.

"gitu dong, mana nina yang sebenernya nih masa lembek sih sama cowo" seru wanda dengan tertawa.

"heh tuh cowo kan lu juga yang comblangin ke gua, berarti salah lu. tanggung jawab lu" jawabku dengan canda.

"udah stop deh, jangan pada bercanda. balik yuk kita uda di cafe 5 jam. sebentar lagi pacar jemput nih" seru Keti.

"hii lain ya yang lagi anget-angetnya" seru wanda

"gorengan kalii anget" jawabku dengan tertawa

"ya udah minggu sore gua yang jemput kalian yah oke. dandan yang keren yang cantik. oke?" seru olive.


****


hari minggu tepat konser the xxx akhirnya aku dan ke tiga sahabatku pergi. konser yang meriah dengan musik yang terus menghentakkan kaki. sound yang begitu dahsyat membuat kami tak berhenti untuk berjingkrak. sampai nafasku berasa terhenti, akhirnya aku memilih untuk duduk agak ke belakang dari area panggung.

"aduh beginih nih derita penyakit asma, napas gua berasa mau copot" seru ku entah dengan siapa

"capee ya? enerjik banget kali lu? nih mau minum?" seru seorang cowo sambil mengasih sebuah minuman padaku.

"mau mau dong haus banget gua" jawabku lalu merebut minumannya.

"seger kan?" tanyanya

"seger banget sumpah dari tadi tuh gua haus. dan sahabat gua pada freak banget mereka. pada melupakan gua gitu yang punya sedikit gangguan pernapasan" seru ku yang tak henti menyerocos berbicara padanya.

Entah dari mana cowo ini ada di sampingku atau memang aku tak melihatnya dari tadi. Ah bodo, gak peduli cowo ini mau menilai aku apa yang penting tadi dia lumayan baik memberikan minuman. Sampai berapa menit aku sudah akrab dengannya. Namanya Rendi cukup manis untuk di pandang dalam sebuah pertemuan pertama.

"yah bawel banget sih lu. lucu ye" serunya dengan tertawa

"yee bawel, dari pada lu bilang gua bawel. foto aja lah yuk" ajakku seraya bertukar kaca mata dengannya.

Lalu kami berdua bercanda dan foto-foto. aneh memang karena aku baru saja kenal sama dia tapi udah yang sok asik dengannya. Terlebih lagi dia juga sok asik lengkap sudah kegilaan aku dan Rendi. 

"gilaaa gua cari lu, katanya ke belakang gak tau nya disini. siapa nih cowo" tanya keti

"haahh kaya gak tau gua aja lu. kenalin nih Rendi" jawabku

Mereka berkenalan lalu kami semua menyatu dengan Rendi dan kawannya yang saat itu juga sedang menonton konser. Setelah selesai konserpun aku dan Rendi bertukar nomer dan masih terus bercanda-bercanda gak jelas.

"aaaaaaaaaaaaaa keren banget sumpah" seru ku

"ya iya laaaahh keren dapet ikan" jawab tiga sahabatku dengan kompak seraya melirik satu sama lain.

****

Hubungan ku dan Rendi terus berlanjut tak hanya saat itu, kami pun sering telfon dan saling curhat. Selang 2 minggu kemudian aku dan ke4 sahabat ku sedang menonton sebuah konser ternyata ada Rendi juga yang saat itu sedang menonton. Aku dan Rendi bertemu lagi untuk ke 2 kalinya. Suasana semakin asik, sama sekali aku tak terbebani dengan semua masalah percintaan ku dengan Ryan. Saat aku dengan Rendi aku bebas berekspresi sesuka hati ku sama sekali tak ada kepura-puraan yang berujung kejaiman. Selesai konser Rendi menarik tanganku menuju parkiran mobilnya lalu ia putarkan sebuah lagu dengan suara yang sangat keras. Lagu kesukaan ku dan tentu juga lagu dari band The xxx. Band yang pertama kali mempertemukan aku dan Rendi. Dia menyatakan cintanya padaku hanya dalam waktu 2 minggu saat pertemuan ke 2.

Di iringi lantunan lagu Rendi mengungkapkan perasaannya..

"mau kan lo jadi pacar gua? gua suka sama lo saat padangan pertama waktu itu" tanya Rendi

Sesaat tak berapa lama aku pun tersenyum dan menggangguk memberi jawaban tanda bahwa aku menyetujui pertanyannya. Aku dan Rendi menjadi kita. Kita yang masih menyangkut Ryan dalam hidupku. Tak bisa kupungkiri kenyataannya aku pun juga suka sama Rendi saat pertama kali bertemu dengannya. Rendi menggenggam tanganku, menyatulah tangan kami dalam alunan lagu cinta dari sebuah band yang sama kita suka.

"ooooh pantes ngilang terus. ternyata ada yang lagi kasmaran" seru olive.

Sontak saja aku dan Rendi kaget mendengar suara itu. tanpa basa basi, tanggannya yang masih menggengam tanganku di tunjukkannya lah kepada semua sahabatku. Mereka tersenyum seakan menyambut kebahagianku.

"yihiii makan gratis mulu nih kita kayanya" seru Keti

"asiiiik....." jawab wanda dan olive kompak.

"gigi lo makan gratis mulu. noh makan tuh daun" canda ku kepada mereka

****


Sebulan sudah aku dan Rendi menjalin hubungan. Tak ada beban yang ku rasakan, berbeda saat ku bersama Ryan. Rendi selalu terima aku apa adanya, dia tak pernah marah saat aku melakukan hal-hal konyol. Aku merasakan kebebasaan saat bersama Rendy. Kencan kami sering di habiskan dengan menonton konser bersama. Kita pasangan konyol sama sekali tak terlihat seperti orang pacaran di muka umum, semua hal konyol ketika aku bersamanya terasa begitu indah di hidupku. 

tiririt.. tiririt.. (suara handphone)

"iyaa kenapa yan? hmm kayanya aku gak bisa deh malem ini. tugas aku lagi numpuk banget" jawabku.

"kenapa kamu akhir-akhir ini selalu ngebantah kata-kata aku sih! kamu tau kan nanti malam kamu mau nemani aku ke acara kawan aku! mau lu apa sih jadi cewe liar banget. kamu harus nurut semua yang aku bilang ngerti!" bentak Ryan dengan menggebu-gebu.

"cukup yan di tlp pun kamu masih bentak aku kaya gini. iya iya, udah ya. aku lagi di kelas nanti aku hubungin kamu lagi. iya aku mau" jawab ku halus menenangkannya lalu mematikan telfonnya.

Aku tau Ryan disana pasti lagi marah-marah sendiri karena telfonnya aku matiin. Sepertinya aku memang harus tegas mengakhiri hubungan ku dengan Ryan, yang memang sudah tak sehat. Aku juga harus jujur dengan Rendi.

Selesai kuliah Rendy menjemputku dan mengajakku untuk kesuatu tempat yang sangat indah. Dari siang Rendy mengajakku muter-muterin jakarta. Aku sendiri bingung sebenarnya dia menculikku kemana. Tepat pukul 5 sore mobil Rendi berhentilah di sebuah gedung perkantoran. Aku terus bertanya pada diriku sendiri mau apa sebenernya dia.

"turun yuk.." ajak Rendy

"lu mau jemput siapa? abang lu apa bokap lu?" tanya ku penasaran

"udah gak usah banyak nanya tar juga tau kok" jawab Rendy

"hah jangan-jangan dia mau ngenalin ke bokapnya lagi? aduh gawat! gak ada persiapan cuma make celana jeans sama kaos terlebih make sepatu dm. aduh aduhh gawat gawat. nanti pasti gak sopan. aduh nyali kenapa jadi menciut begini. santai kalem nina santai tarik nafas" tanyaku panik dalam hati.

"woooyy bengong lagi nih sapi" sentak Rendy yang membangunkan ku dalam lamunan. 

Rendi menggenggam tanganku berjalan menuju gedung. kami memasuki gedung sampai ke lantai paling atas.

"loh kenapa kesini? mana bokapnya?" tanya ku dalam hati.

Rendi mengajakku untuk duduk di tepi atap bangunan. Untung saja, perasaan panik yang konyol tadi tidak benar terjadi dan Rendi gak sadar kalau tadi aku lagi panik. Bisa-bisa dia tertawa terbahak-bahak kalau tahu. Kami ber2 duduk menghadap gedung-gedung bertingkat ke arah matahari terbenam. Kami menatapi langit senja di sore hari diiringi tarian angin yang menemani aku dan Rendi.

"aaaaaaaaaaaaaaaaa.. dunia ini cuma milik gua" teriak ku

"aaaaaaaaaaaaaaaaa.. enak aja dunia tuh ini milik kita. kita? Rendy dan Nina" teriak Rendy

aku pun tertawa mendengar ucapannya dan memandanginya dengan senyuman penuh cinta.

"makasih ya Ren udah ngajak gua kesini. sederhana tapi indah. gua suka banget" seru ku.

Rendy hanya tersenyum melihatku lalu merangkulku dengan lembut.

Rasanya gak tega memberitahukan sekarang hal yang sebenarnya terjadi tentang Ryan. Aku gak mau merusak momen indah ini cuma gara-gara Ryan.

****

Malam ini aku dan Ryan pergi untuk makan malam bersama. Ini waktu yang tepat untuk jujur padanya.

"sayang aku janji aku gak akan marah terus sama kamu. aku gak akan bentak-bentak kamu lagi. aku janji" seru Ryan dengan lembut.

"iya.." jawabku singkat diiri senyum

Kenapa Ryan berkata seperti itu. Apa yang harus aku lakukan kalau dia janji seperti itu. sampai kapan aku membohongi perasaan ini. aku pun memandanginya dengan pandanganan kosong.

"doooorr! berduan aja. pantes gua whatsapp dari tadi gak di balas yah" seru olive.

Tiba-tiba semua sahabatku mengagetkanku disini. Entah ini mereka sengaja atau tanpa disengaja. Entahlah..

"hey Ryan.." sapa Wanda.

"hmmm, eh kayanya kita jangan disini deh, waktunya lagi gak tepat guys.." seru Keti.

mereka pun pergi meninggalkan aku dan Ryan berdua. 

"lu sengaja yah ajak semua kawan lu kesini" bentak Ryan.

"Apa sih yan, kita emang sering nongkrong disini kan. kamu kan tau itu. lagi pula aku gak tau kenapa mereka kesini malam ini" jawabku

"alah lo selalu pentingin semua kawan-kawan lu yang gak jelas semua!" bentak Ryan

"udah lah ini masalah gak penting. kamu bilang gak akan bentak-bentak aku lagi. barusan yan kamu janji sama aku. Tapi nyatanya, cuma karena sabahat-sahabat aku ada disini kamu marahnya kaya gini. Inget yan, wanda sahabat aku yang mencomblangi kita. Seharusnya kamu ngerti dong. Jangan malah kamu benci sama dia dan yang lain. Aku cape aku mau kita udah sampai disini aja. Aku gak kuat dengan sikap kamu yang kaya gini" seru ku.

"oh gitu, udah berani ya. seharusnya gua yang mutusin lu, bukan lu! oke putus. gua juga senang akhirnya bisa putus sama lu! cewe gila! lu bersyukur seharusnya pacaran sama gua!" bentak Ryan.

Ryan membentakku di depan banyak orang satu cafe, yang sudah pasti ini menjadi sebuah tontonan sinetron gratisan untuk mereka. Spontan saja ke 5 sahabatku pun menghampiri ku.

"lu yang gila! brengsek lu beraninya sama cewe di depan banyak orang" sentak Olive membela ku

"lu gak usah ikut campur deh, mending lu semua cabut dari hadapan gua" seru Ryan

"jangan diem aja dong nin lo bales dia, cowo kaya gitu gak guna tau buat hidup lu" seru Keti

"udah lah mending kita pergi aja. gua nyesel uda ngenalin lu sama nina!" seru Wanda.

"bagus mending lu pergi. eh tapi gak perlu, mending gua yang pergi. gua muak melihat cewe-cewe macem kalian. nin inget ya, lo sekarang bukan siapa-siapa gua lagi!" bentak Ryan lalu pergi.

Ke tiga sahabatku lalu menenangkanku dari Ryan. Aku sendiri bingung kenapa aku sama sekali tak berkutik disaat ada Ryan. Apa ini cinta? tapi tidak mungkin, ini bukan cinta. Ini perasaan takut ku padanya. Sayang yang aku punya untuknya saat ini sudah habis terkikis oleh rasa amarahnya.

Kini aku sudah bebas dengan Ryan. Dia memang aneh, dia selalu marah menggebu-gebu tak jelas padaku. Aku tau persis dia pasti marah sekali, saat aku memutuskan hubungan ini. tapi memang ini lah waktu yang sangat kutunggu jauh sebelum aku mengenal Rendi.

****


"lu kenapa kok dari kemarin aneh gitu, bukan lu yang ada di hadapan gua nih kayanya. cerita dong kaya bukan sama pacar aja deh gak mau cerita" tanya Rendi

"Ren gua mau jujur sama lu tapi lu jangan marah yaa.." jawab ku.

Aku pun menjelasakan semua dari awal sebelum bertemu sampai setelah bertemu dengan Rendi. Tak ada ekspresi apapun yang aku lihat dari wajahnya.

"maaf gak ada sekalipun niat untuk bohong Ren, lu hadir di saat yang tepat. di saat gua lagi butuh bahu untuk melupakan semua masalah gua. gua mohon lu percaya sama gua" seru ku menjelaskan.

Tiba-tiba saja Ryan datang dihadapan kami lalu memukul Rendi.

"oh jadi cowo ini yang uda bikin lu berani sama gua. lu ngajarin apa sama Nina sampai dia berani sama gua. lu bakal nyesel putus dari gua nin, cewe brengsek lu!" bentak Ryan seraya tangannya hampir menampar ke pipi ku yang cepat di tangkis oleh Rendi.

"jangan kasar dong lu sama cewe. lu boleh mukul gua sepuas lu karena dia pacar gua dan mungkin gua yang merebut dia dari lu. tapi lu gak berhak mukul ke cewe. banci! jelas nina gak tahan dan mutusin. itu karena sikap lu sendiri bro. Gentle dikit" seru Rendi memarah.

Baru kali ini aku melihat Rendi marah. Entah dia marah karena Ryan bersikap kasar padaku atau marah karena tadi Ryan memukulnya. Setelah waktu yang cukup lama keributan itu pun usai dilerai seorang satpam cafe. Rendi menatap ku dengan penuh tanda tanya..

"gua uda tau Nin semuanya. sorry kalau waktu itu gua pernah gak sengaja buka handphone lu dan gua liat ada foto dia dan sms-sms dari dia. jujur gua panas. saat itu gua marah tapi gua gak bisa marah sama lu. akhirnya gua curhat sama sahabat lu dan dia cerita semuanya.." seru Rendi

"jadi lu uda tahu? terus? gua uda siap kok dengernya" jawabku melemas.

"gua mau jadi sesorang yang bener-bener ada berarti disaat lu butuh Nina. gua gak marah. justru gua ingin mengobati luka yang uda terlanjur di buat sama dia. gua ingin lu bangkit sama gua. gua memang gak bisa ngejaga lu secara fisik seperti dia tapi gua bisa selalu jaga hati lu. gua gak akan melukai hati lu sedikitpun"

Sedih, senang, terharu yang ku rasa saat ini ketika Rendi mengucapkan kata-kata itu padaku. Kemudian Rendi memelukku dengan erat.

"love you nina. lu gak perlu takut lagi. ada gua di samping lu" kata Rendi seraya mengecup keningku.

"love you too Rendi. makasih udah mengobati luka ini" jawabku dengan tersenyum haru.


****

Keesokan hariya aku dan rendi bertemu dengan Keti, Wanda dan Olive.

"aaahh rese lo, gak bilang uda cerita ke dokter hati gua" seru ku kepada Wanda seraya menatap Rendi

"ciyeeeeeeeh dokter hati nih sekarang.." jawab Keti

"tapi sukses kan sekarang. bilang apa sini sama gua" jawab Wanda

"sukseslah uda main dokter-dokteran tadi" canda Olive

"hihi iyaa dong hebat kan dokter gua" seru ku membalas canda ketiga sahabatku.

"yeee dasar sapii" seru Rendi padaku.

"yesssssss, makan besar dong hari ini" seru Keti yang di iyakan ke dua sahabatku yang lain.

Aku pun lega tak ada kata perpisahan dari seorang yang benar-benar bikin ku nyaman. Dan ke tiga sahabatku tak henti-henti nya mereka mencandaiku saat ini. Cinta itu lembut bagaikan kapas, cinta itu suci dan indah tanpa ada yang menyakiti dan tersakiti..


----------------TAMAT----------------


Oke sekian dulu cerita rupa-rupa dari gua heheh. Semoga cerita kali ini menarik dan gak bosen ya bacanya meskipun panjangnya melebihi kereta hahaha. oh iya satu lagi, kalau gambarnya jelek maklumin yah hihi uda malem ngantuk pengennya di kasih gambar sendiri jadinya gambar asal aja deh begitu hahah.
kecup basah selalu dari gua. mmmuuuaaccchh :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar